ini menceritakan tentang tidak adanya penghargaan negara terhadap pahlwan pahlawan pembela negara yg masih hidup (veteran)
ini di awali di malam di bulan januari akhir 2010, waktu itu gw masih bekerja di kantor telekomunikasi negara di bilangan blok M jakarta selatan, malam itu gw pulang agak telat karna jalanan waktu itu macet total, naik bis dari terminal blok m ke pasar minggu untuk melanjutkan perjalanan menggunakan kereta api di stasiun pasar minggu menuju pasar minggu. waktu itu sudah sekitar pukul 22.30 dan gw harus menunggu kereta ekonomi AC jam 23.00 wib atau kereta terakhir.
gw duduk di peron tengah sambil menunggu tukang gorengan malam lewat,, tanpa sengaja gw lihat di ujung peron terlihat seorang kakek tua dengan jas safari jaman dulu yg lecek dengan wajah sendu sambil memegangi karcisnya jalan dan duduk di samping gw, kakek itu duduk diam dan terlihat sangat cape sekali. dengan wajah sendu dia bertanya pada gw dengan sedikit logat sunda "baru pulang kerja nak?" dan gw jawab "iya pak" . dan saat itu sang kekek menawarkan jam tangan,a untuk di jadikan ongkos pulang di daerah bogor, dan saat itu gw bingung karna saat itu gw hanya punya uang 7000 rupiah 2000 rupiah untuk membayar penitipan motor dan 5000 rupiah untuk membeli gorengan. saat itu juga gw berbicara "maaf pak saya hanya punya uang segini dan jam itu bapak pegang lagi saja gk usah di jual sama saya" dan bapak itu menjawab " terimakasih nak ini juga bisa membantu buat makan besok lagi pula nak jam ini pemberian alm tmn bapak yg mati perang di jaman dulu" (dengan nada sendu).
dan saat itu pula ia menceritakan kehidupannya dahulu ketika ia menjadi seorang tentara perang untuk menumpas PKI yg saat itu meresahkan bangsa. ia termasuk dalam batalion perang siliwangi. ia juga bercerita tentang masa muda,a yg hilang untuk membela bangsa,a tapi ia merasa bangga dengan masa mudanya itu. ia juga bercerita tentang teman,a yg meninggal mendadak karna sakit saat operasi penyerangan PKI, dia bilang saat itu ia sangat terpukul karna teman,a tidak berbicara soal keadaan dirinya yg sakit dan tiba tiba meninggal mendadak, lalu gw menjawab "sekarang di makam kan di mana pak jasad,a?" dan bapak2 itu menjawab " aki jga udah lupa mungkin sekarang sudah jadi perumahan di bogor".. dan saat itu gw tertegun mendengarnya dan lebih miris lagi ia menceritakan soal keadaan,a yg saat ini luntang lantung terlantar dangan gubuk kecil di daerah ciomas dan tidak ada satu pun orang pemerintah yg datang memberi penghargaan jaminan sosial hidup bapak itu setelah ia pensiun menjadi tentara di zaman orde baru hingga saat ini. dan saat itu gw bertanya "maaf pak sblumnya memang anak bapak kmn?" bpak itu menjawab " anak aki geus lila teu balik balik, aki mah krang sama cucu aki saja ber tiga" . saat gw mau nanya soal cucu,a tiba tiba kereta sudah mau masuk stasiun pasar minggu dan gww gk jadi bertanya soal cucu,a itu.. " wah pak kereta dah dateng nih" kata gw dan bapak itu menjawab " oh iya makasih ya nak, oh iya nak nih aki cuma bilang urang ulah cua sarua bangsa ieu sanajan naon kaayaan urang" yg berarti "kita jangan benci sama bangsa ini meskipun apa keadaan kita" kalo gk salah.. dan saat itu kereta tiba dan gw berbeda gerbong dengan bapak2 itu. dan satu hal gw lupa nanya nama bapak2 itu dan satu hal lagi gw dapet bahwa nasionalis ada tanpa bayaran , iming2 penghargaan dan jaminan sosial tapi ada dalam diri kita masing2....
gw duduk di peron tengah sambil menunggu tukang gorengan malam lewat,, tanpa sengaja gw lihat di ujung peron terlihat seorang kakek tua dengan jas safari jaman dulu yg lecek dengan wajah sendu sambil memegangi karcisnya jalan dan duduk di samping gw, kakek itu duduk diam dan terlihat sangat cape sekali. dengan wajah sendu dia bertanya pada gw dengan sedikit logat sunda "baru pulang kerja nak?" dan gw jawab "iya pak" . dan saat itu sang kekek menawarkan jam tangan,a untuk di jadikan ongkos pulang di daerah bogor, dan saat itu gw bingung karna saat itu gw hanya punya uang 7000 rupiah 2000 rupiah untuk membayar penitipan motor dan 5000 rupiah untuk membeli gorengan. saat itu juga gw berbicara "maaf pak saya hanya punya uang segini dan jam itu bapak pegang lagi saja gk usah di jual sama saya" dan bapak itu menjawab " terimakasih nak ini juga bisa membantu buat makan besok lagi pula nak jam ini pemberian alm tmn bapak yg mati perang di jaman dulu" (dengan nada sendu).
dan saat itu pula ia menceritakan kehidupannya dahulu ketika ia menjadi seorang tentara perang untuk menumpas PKI yg saat itu meresahkan bangsa. ia termasuk dalam batalion perang siliwangi. ia juga bercerita tentang masa muda,a yg hilang untuk membela bangsa,a tapi ia merasa bangga dengan masa mudanya itu. ia juga bercerita tentang teman,a yg meninggal mendadak karna sakit saat operasi penyerangan PKI, dia bilang saat itu ia sangat terpukul karna teman,a tidak berbicara soal keadaan dirinya yg sakit dan tiba tiba meninggal mendadak, lalu gw menjawab "sekarang di makam kan di mana pak jasad,a?" dan bapak2 itu menjawab " aki jga udah lupa mungkin sekarang sudah jadi perumahan di bogor".. dan saat itu gw tertegun mendengarnya dan lebih miris lagi ia menceritakan soal keadaan,a yg saat ini luntang lantung terlantar dangan gubuk kecil di daerah ciomas dan tidak ada satu pun orang pemerintah yg datang memberi penghargaan jaminan sosial hidup bapak itu setelah ia pensiun menjadi tentara di zaman orde baru hingga saat ini. dan saat itu gw bertanya "maaf pak sblumnya memang anak bapak kmn?" bpak itu menjawab " anak aki geus lila teu balik balik, aki mah krang sama cucu aki saja ber tiga" . saat gw mau nanya soal cucu,a tiba tiba kereta sudah mau masuk stasiun pasar minggu dan gww gk jadi bertanya soal cucu,a itu.. " wah pak kereta dah dateng nih" kata gw dan bapak itu menjawab " oh iya makasih ya nak, oh iya nak nih aki cuma bilang urang ulah cua sarua bangsa ieu sanajan naon kaayaan urang" yg berarti "kita jangan benci sama bangsa ini meskipun apa keadaan kita" kalo gk salah.. dan saat itu kereta tiba dan gw berbeda gerbong dengan bapak2 itu. dan satu hal gw lupa nanya nama bapak2 itu dan satu hal lagi gw dapet bahwa nasionalis ada tanpa bayaran , iming2 penghargaan dan jaminan sosial tapi ada dalam diri kita masing2....
begitulah cerita malam itu di stasiun pasar minggu meskipun hanya 30 menit tapi bermakna..
ini nyata terjadi
****
0 komentar:
Posting Komentar